Kukuku sayang, kukuku malang

Gue suka banget main bola di lapangan dekat rumah. Sebenarnya sih, lapangan masjid, berhubung lapangan masjidnya itu lumayan besar, akhirnya gue dan teman-teman gue dengan brutalnya di jadikan lapangan bola.

Sore itu gue bermain bola, dan Sidik teriak-teriak persis kayak kucing kawin, "Lam Jaga Ucil (Teman gue), jangan sampai lewat", Akhirnya layaknya bek puyol gue menghadang Ucil. Ucil adalah Rival abadi gue kalau main bola, dia lumayan jago dalam hal Skill, dibanding gue yang bisanya cuma keselandung bola terus jatoh, bahkan Ucil kalau juggling bola lumayan banyak, dibanding gue yang juggling bola sampai dua aja susahnya minta ampun. huft.

Balik lagi ke pertandingan, gue berhadapan satu lawan satu dengan Ucil, yaah teman tim gue pada di depan semua, meraka gak mau mundur bantuin pertahanan, hanya gue dan kiper yang dijadikan sebagai tumbal, terus kalau Gol nyalahin gue dan kiper. maunya apa coba?

"JANGAN TAKUT, LAM" Teriak si sidik
"WOY, MUNDUR, Bantuin gue?, jangan di depan terus dong!!!" Teriak gue.

Akhirnya gue mencoba merebut bola dari Ucil tapi gagal terus. Duh, kalau aja main bola boleh bawa pistol, udah gue tembak dia dari tadi.
Gol!!!
Dan akhirnya kebobolan. huft.

Bola sekarang ada di tim gue. Harga diri kami sekarang dipertaruhkan, di kepala gue sudah tersusun strategi brilian, gimana kalau Sidik menghampiri Ucil, lalu memeluk Ucil dengan sekuat tenaga, berharap Ucil gak bisa napas karena pelukan Sidik yang amat kuat dan kami pun bisa mencetak Gol dengan mudah (Strategi macam apa ini?).

Permainan di lanjutkan, bola ada di kaki gue sekarang, gue masih mencoba menggiring bola sendirian.
Satu musuh lewat!, dua musuh lewat!, dan kali ini si Ucil mendekat, gue berusaha mengalihkan pandangan dia dengan berbagai cara seperti: "Cil, Uang kamu jatoh!!", "Cil, Liat ada nenek-nenek tatoan" Tapi percuma gak ada yang berhasil. Akhirnya Ucil merebut bola dari gue, tapi si Sidik gak tinggal diam, Sidik pun menendang bola pada kaki Ucil, dan bola pun bergulir ke daerah kosong.
Ini dia kesempatan gue, gue pun berlari dengan secepat mungkin, bola semakin dekat dengan kaki gue, gue siap menendang bola dan.....
"Aaahhhhhhhh!"
CLETEK!
gue menendang paving, yahh memang lapangan masjid ini terbuat dari paving, bukan rumput, dan sudah memakan 2 korban dan 11 orang luka-luka akibat lapangan masjid ini.

Gue pun lompat-lompat kegirangan kesakitan, "Kenapa lam?" tanya si Ucil sok perhatian padahal kemungkinan dalam hatinya "HAHAHA, mampus lu lam! akhirnya gue gak ada lagi rival, hahaha"
"Kuku kaki gue patah, Cil!"
"Yaudah sini gue obatin, Lam!"

Ternyata Ucil bukan seperti yang gue pikirkan, huft, akhirnya gue dan teman-teman gue kerumah Ucil, disana gue dikasih obat merah, dan di perban.
Akhirnya gue pulang dengan jempol kaki gue yang di perban, dan gue berharap semoga ibu dan abah gue tidak marah.

gue pun masuk ke dalam rumah sambil ngucap salam, dan benar ibu gue marah-marah
"Kenapa kuku kamu ini lam?"
"Kuku saya patah bu"
"Makanya jangan sering main"

bukanya gue disayang eh malah di marahin, tapi abah gue tidak marah, malah dia memuji gue, hehee.

"Bah kuku kaki saya patah bah" kata gue
""Wisss, Selamat ya lam, Abah bangga sama kamu nak. Lanjutkan"
"......"

Yahh lebih baik seperti itu dari pada marah-marah hehehehehe.


Posting Komentar

0 Komentar